Hendaknya kita menjaga dan mensyukuri amanah yang diberikan kepada kita, yaitu harta dan anak. Menjaga anak sebagai sebuah amanah berarti menjadikan mereka menjadi orang sholeh, karena tujuan hidup manusia adalah menjadi orang yang taqwa kepada Alloh SWT.
Untuk menjadikan anak kita sholeh, hendaknya orang tua mengenalkan tentang kesholehan (pendidikan, adab, pengetahuan dll) kepada putra putri kita. Membiasakan putra putri kita untuk memanfaatkan masa mudanya dalam keridhoan Alloh SWT, menanamkan rasa suka terhadap perilaku baik dan menumbuhkan rasa benci berada dalam kesia-siaan. Dengan demikian untuk menjadi orang yang sholeh, diperlukan ilmu, oleh karena itu hendaknya kita menjaga amanah anak kita dengan mendidik tentang kesholehan kepada anak kita.
Tanggungjawab orang tua yang utama kepada anak adalah membekali anaknya dengan ‘ilmu yang bermanfaat’. Al Qur’an telah berkali-kali menjelaskan akan pentingnya pengetahuan, dan telah memperingatkan manusia agar mencari ilmu pengetahuan. Dalam Al Qur’an Alloh SWT berfirman:
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً ۚ فَلَوْلَا
نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ
وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ
Artinya: “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (QS. At Taubah: 122)
Dari ayat di atas disebutkan betapa pentingnya pengetahuan bagi kelangsungan hidup manusia. Karena dengan pengetahuan manusia akan mengetahui apa yang baik dan yang buruk, yang benar dan yang salah, yang membawa manfaat dan yang membawa mudhorot, sehingga dia dapat menjaga dirinya.
Orang tua hendaknya tidak segan mencurahkan waktu dan mengupayakan nafkah untuk mencukupi pendidikan anak-anaknya, sehingga segala upaya sungguh-sungguh kita dalam mendidik mereka, akan menjadi amal jariyah yang dihargai Alloh SWT. Di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : “Apabila seorang anak Adam meninggal, maka akan terputus amalannya kecuali tiga perkara : shadaqoh jariyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakan kepadanya”.
Dari hadits tersebut diketahui bahwa dengan menjalankan amanah dari Alloh SWT dengan baik, yaitu mendidik dan membekali anak dengan ilmu agama sehingga menjadikan mereka anak yang sholeh/sholihah, maka otomatis kita telah berinvestasi bagi diri kita sendiri para orang tua, investasi dunia dan akhirat. Seorang anak yang sholeh sudah tentu akan berbakti kepada orang tuanya ketika orang tua masih hidup. Ketika orang tua sudah meninggal, sang anak yang sholeh juga tetap berbakti kepada orang tuanya melalui doa, sehingga amal bagi sang orang tua tetap berjalan sepanjang sang anak terus mendoakan orang tuanya. Doa dan amal sholeh sang anak bagi orang tuanya ini akan menjadi salah satu wasilah selamatnya kita para orang tua di akhirat kelak.
Cara Mendidik Anak Menjadi Anak Sholeh
Tidak ada orang tua yang
tidak menyayangi anaknya, kecuali mereka yang tidak memiliki kewarasan akal.
Semua orang tua menginginkan anaknya tumbuh sehat, cerdas, pintar dan berhasil.
Dalam Islam, ada konsep tambahan untuk anak yang ideal, yaitu sholeh.
Bagaimanatah caranya supaya bisa mendidik dan membentuk anak yang sholeh?
Berikut kami rangkum beberapa cara sederhana mendidik anak di usia dini dalam perspektif Islam.
1. Mendidik anak sebelum dia dilahirkan
Bentuklah dan didiklah
anak 5-10 tahun sebelum ia dilahirkan. Maksudnya, untuk mendidik atau membentuk anak yang sholeh, maka sebuah keharusan, orang tuanya sholeh terlebih
dahulu. Seorang anak yang sholeh dan hebat lahir dari orang tua yang
sholeh dan hebat pula.
Banyak contoh dan teladan yang telah ditunjukkan oleh
generasi sahabat dan salafus sholeh terdahulu. Usmah bin Zaid, panglima Islam
termuda di usia 17 tahun, dididik dan ditempa oleh seorang ayah yang sholeh dan
mulia, Zaid bin Haritsah. Imam Syafi’i, seorang ulama mujaddid terbesar dizamannya sampai saat ini, lahir dari seorang ayah yang sangat wara’ yang
menjaga perutnya dari harta yang haram. Umar bin Abdul Aziz, seorang pemimpin
Islam yang mampu menghadirkan kesejahteraan bagi rakyatnya kala
itu, lahir dari nenek buyut yang wara’ dan begitu takut terhadap Alloh SWT.
Maka, membentuk atau mendidik anak yang sholeh, mestilah dimulai dari orang
tuanya terlebih dahulu, membentuk pribadi orang tua yang sholeh dan mulia.
2. Memberi nama yang baik kepada anak
Berikutnya, berilah anak
nama yang baik yang mencerminkan nilai-nilai luhur dan mulia. Nama yang baik bisa
berupa nama Nabi, Sahabat, Ulama, nama-nama baik dalam Al-Qur’an dan lain-lain.
Nama adalah sebuah do’a dan harapan. Dengan nama yang baik, mudah-mudahan sang anak akan
termotivasi oleh nama yang tersemat pada dirinya.
3. Mendekatkan dan membiasakan anak dengan Al Qur'an
Selanjutnya, upaya yang
bisa kita maksimakan untuk mendidik anak yang sholeh, adalah dengan cara
mendekatkan dan membiasakan mereka dengan Al Qur’an. Cara ini bisa dimulai ketika anak berada
dalam kandungan dengan memperdengarkan bacaan ayat Al Qur’an terutama yang
dibacakan sendiri oleh ayah ataupun ibunya.
Dengan upaya mendekatkan Al Qur’an
sedini mungkin, maka insyaAlloh nur illahi akan senantiasa menyertainya. Al Qur’an
akan menjaganya, ketika mereka menjaga Al Qur’an. Maka apabila kita teliti,
anak-anak yang begitu dekat dengan Al Qur’an, akan terlihat berbeda
dibandingkan anak sebayanya. Ia akan terlihat lebih dewasa dan matang.
Perilakunya terjaga dibanding anak-anak yang lain.
4. Memberikan pendidikan agama dan lingkungan yang baik
Berilah
pendidikan agama dan lingkungan yang baik dan tepat kepada anak-anak kita. Tentunya peran orang tua
sangat besar dan signifikan dalam memberikan pendidikan dan lingkungan yang
baik dan tepat. Jangan sampai salah dalam menentukan kedua hal ini. Keduanya
sangat berperan besar bagi masa depan anak. Lingkungan dan pendidikan yang
salah, akan membentuk generasi anak yang salah pula. Mereka bisa menjadi
materialis, hedonis, apatis dan yang lainnya.
Dengan menjaga dan
mendidik anak-anak kita dengan baik sebagai amanah dari Alloh SWT, maka secara
tidak langsung kita pun telah menanamkan kebaikan jangka panjang bagi diri kita
sendiri, baik dunia maupun akhirat. Muliakanlah anak-anak kita dengan cara
mendidiknya menjadi anak yang sholeh, sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Luqman
as. terhadap anak-anaknya. Memuliakannya dengan cara memberikan suri tauladan
yang baik, sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim as. terhadap Ismail as.
dan Ishaq. Memuliakannya dengan cara menyayangi dengan kesungguhan sebagaimana
yang diberikan oleh Nabi Ya’qub as. terhadap anak-anaknya. Memuliakannya dengan
cara mengingatkan ketika mereka berbuat kesalahan sebagaimana Nabi Nuh as.
terhadap anaknya Kan’an.
Selebihnya, setelah kita
maksimal dalam berbuat segalanya, kita serahkan semuanya kepada Alloh SWT, agar senantiasa melindungi anak-anak kita, qurrata a’yun. Karena sesungguhnya Alloh SWT pemilik segalanya,
termasuk anak-anak kita.
Wallohu ‘alam bis showab
Comments
Post a Comment