"Sejarah Sang Waliyulloh": Sepenggal Cerita Perjumpaan Syeikh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul al Quthub (Abah Aos) dan Sayyid Ahmad Al Maliki (Abuya Ahmad) saat umroh Tahun 2015
Abah Aos sebagai
pewaris kemursyidan Abah Anom dan Abuya Ahmad, dalam pelaksanaan Umroh Tahun
2015 keduanya bersama-sama melaksanakan khidmah amaliyyah Manaqib Tuan Syaikh
Abdul Qodir Al Jailani. Keduanya bertemu dengan penuh kehangatan dan rasa
cinta. Ekpresinya sangat tampak menunjukkan mahabbahnya. Tutur bahasa yang
beliau sampaikan dalam taushiyahnya menegaskan penghormatan luar biasa kepada Abah
Aos. Begitupun sebaliknya. Beberapa point yang disampaikan oleh Abuya Ahmad
diantaranya adalah:
- Semenjak ayah saya sampai saat ini, baru sekarang menerima tamu di pagi hari, terlebih dalam jumlah yang besar seperti ini. Mengapa saat ini kami menerima para jamaah sekalian? Karena cinta saya kepada beliau (Abah Aos) begitu besarnya. Dan cinta itulah yang menjadikan apapun menjadi tidak terhalang. Saya mencintai beliau sebagaimana beliau mencintai saya dan ayah saya.
- Kami disinipun adalah para murid Syaikh Abdul Qodir Jailani. Semenjak ayah saya hingga saat ini, tuan Syaikh selalu kami tawasulkan, kami baca wirid-wiridnya dan ayah saya pun seringkali menghadiri majelis manaqib Tuan Syaikh. Melalui beliau kita bisa tersambung dengan Rosululloh. Dan dengan ketersambungan kita kepada Rosul menjadikan kita bisa sampai dan bersama Alloh SWT.
- Dunia Islam saat ini sedang mengalami banyak fitnah dimana-mana. Beberapa kelompok yang suka memusuhi, memerangi bahkan membunuh sesama saudara muslimnya hanya karena berbeda ajaran dan tradisi dengan mereka. Salah satu penyebab terbesar mereka bisa begitu kejamnya adalah kedangkalan mereka tentang rukun Ihsan. Yang dipahami oleh mereka adalah Rukun Islam dan Iman saja, itupun dengan pemahaman yang sangat terbatas. Mereka tidak mengenal tasawuf. Bahkan yang mengenalpun tidak mampu menjalaninya. Sebab tidak bisa bertasawuf tanpa berthoriqoh. Karena perwujudan tasawuf adalah thoriqoh. Saya sangat yakin tidak ada murid-murid Syaikh (Abah Aos) yang menjadi teroris, yang menebarkan kebencian kemana-mana. Kenapa? Sebab beliau (sambil memegang hati Abah Aos) memiliki hati yang suci, yang jernih, hati yang tidak pernah lepas dari berzikir kepada Alloh. Hati yang selalu disibukkan dengan mengingat Alloh, sehingga tidak ada ruang kebencian dan permusuhan kepada orang lain. Kejernihan dan kesucian hati beliaulah yang kemudian terpantul ke dada kalian semua. Orang-orang seperti beliau, seperti Tuan Syaikh Abdul Qodir Al Jailani, Syaikh An Naqsyabandi, Syaikh Ar Rifa'i, adalah orang-orang yang tidak pernah memenggal kepala orang lain. Yang mereka penggal adalah kebodohan, kemalasan, kefasikan. Yang mereka bakar adalah syahwat, nafsu ammarah dan lain-lainnya dari para murid-murid mereka.
- Hari ini saya mengikatkan hubungan antara Klan Al Maliky dengan TQN PP Suryalaya (Murtabithoh bainal Maliky wa TQN). Menyambung tanah Al Jailani yang ada di Indonesia dengan tanah Al Jailani yang ada di Mekkah.
Selesai beliau menyampaikan khidmah ilmiyyah,
disambung dengan pembacaan dua fasal kitab Maulid, lalu Mahalul Qiyam, Marhabanan. Maka pecahlah
tangis kami, keharuan kami, yang sudah tertahan sejak pelaksanaan manaqib
dimulai. Semakin memuncak saat kedua beliau saling memberi hadiah. Masih dalam Mahalul
Qiyam, diiringi dengan sholawat, Abah Aos menyematkan cincin beliau ke jemari
Abuya Ahmad. Lalu Abuya Ahmad mengalungkan sorban hijau Ayahnya dan sebuah tongkat kaoka. Abah Aos memberikan tongkat yang
selalu menemaninya kepada Abuya.
Setelah itu Abuya Ahmad mengambil kitab Tafsir
Al Muyassar, buku Kiat Mengatasi Berbagai Kesulitan, Pigura yang berisikan
Kitab Dala'ilul Khoirot dengan huruf kecil, juga sepotong Kiswah Ka'bah. Semua
diberikan kepada Abah Aos. Buku "Kiat Mengatasi Berbagai Kesulitan" menjadi sangat menarik. Betapa tidak, buku itu sesungguhnya adalah
terjemahan dari kitab Abwabul Faroj karangan Abuya Muhammad. Kitab yang seperti
diceritakan diatas,diberikan Abuya Muhammad kepada Abah Anom melalui Abah Aos di Serawak. Kini,
kedua penerusnya bertemu, memberi buku terjemahan kitab tersebut kepada sang
penerus Abah Anom, yakni Abah Aos...!
Belum cukup hadiah-hadiah yang diberikan
kepada Abah Aos tadi, saat beliau mengantar Abah Aos ke depan pintunya, Abuya
Ahmad tiba-tiba berkata, "Syaikh (Abah Aos) adalah keluargaku. Beliau
adalah Qodiri, keturunan Syaikh Abdul Qodir Al Jailani. Sama seperti saya yang mempunyai garis keturunan dengan Tuan Syekh Abdul Qodir Al Jailani..". Abuya
Ahmad langsung melepaskan cincinnya, memakaikannya kepada Abah Aos. Cincin yang
ternyata berupa stempel baginda Rosululloh SAW. Kami semua kembali tertegun menyaksikannya.
Keduanya pun saling berangkulan, saling mencium penuh mahabbah. Abuya Ahmad memanjatkan doa,
kami semua mengaminkannya. Sholawat Bani Hasyim dibaca bersama-sama, menambah
kesegaran qolbu. Kami saling bersalaman, berpelukan, lalu keluar naik ke bus
masing-masing. Membawa oleh-oleh ruhani yang begitu dahsyatnya. Ruh kami
seperti baru dimandikan, disegarkan. Tak tertandingi kebahagiaan dan kehangatannya.
Beberapa dari kami bahkan tidak sanggup menahan diri untuk tidak bercerita tentang kehadiran para Ahlu Silsilah TQN PP Suryalaya,
kehadiran Abuya Muhammad, terlebih cahaya Baginda Rosululloh SAW. Inilah Liqo'un Adziim,
pertemuan agung. Pertemuan para leluhur suci, para pecinta kesucian jiwa. Alloh
semoga mengikutsertakan kita dalam
rombongannya, Amiin38X...
Sumber : Ustadz Uje Ikhwan TQN
rombongannya, Amiin38X...
Ijin share Kyai
ReplyDelete