Rabu, 02 Agustus 2017
Penurunan daya beli masyarakat yang kerap disebut-sebut selama ini memang benar
terjadi. Penurunan daya beli tersebut khususnya terjadi pada masyarakat
berpenghasilan rendah.
Ekonom Center of
Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal mengungkapkan,
data yang diterbitkan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, selama lebih
dari satu tahun terakhir terjadi penurunan pendapatan riil, khususnya
masyarakat berpendapatan rendah, terutama di perkotaan.
"Buruh bangunan, misalnya, meski secara nominal rata-rata upah mereka
mengalami kenaikan, tapi inflasi yang selama semester I 2017 mencapai 2,4
persen membuat pendapatan riil mereka tergerus 1,4 persen," ujar dia dalam
keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (30/7/2017).
Faisal menyatakan, hal ini sekaligus mematahkan argumen pemerintah jika inflasi
tahun ini terkendali. Menurut dia, memang benar jika inflasi bahan pangan (volatile
food) tahun ini sangat rendah. Namun, kenaikan tarif listrik, elpiji dan
lain-lain justru membuat inflasi meningkat dua kali lipat.
"Tapi kenaikan harga-harga kebutuhan hidup yang diatur oleh pemerintah (administered
prices) seperti tarif dasar listrik, gas elpiji, dan lain-lain, justru mendorong inflasi selama 6 bulan pertama tahun ini
lebih tinggi dua kali lipat dibanding inflasi di periode yang sama tahun
lalu," tandas dia.
Sebelumnya, Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef)
Enny Sri Hartati menyatakan, dalam beberapa tahun terakhir Indonesia tengah
mengalami penurunan daya beli masyarakat, meskipun Bank
Indonesia (BI) mengklaim inflasi nasional berada dalam tingkat yang stabil
rendah.
Enny mengatakan, penurunan daya beli masyarakat ini terlihat dari anjloknya
pertumbuhan sektor bisnis seperti properti, ritel serta industri makanan dan
minuman. "Yang terjadi sekarang itu sebenarnya
penurunan daya beli, makanya di properti tidak tumbuh, di sektor ritel
pertumbuhannya minus, dan juga industri-industri basic seperti
pangan juga mengalami perlambatan," ujar dia di Kantor Indef, Jakarta.
Dia mengungkapkan, salah satu faktor penurunan daya beli masyarakat ini
lantaran keterbatasan lapangan kerja. Meski tingkat pengangguran terbuka tidak
naik, masyarakat banyak yang beralih ke sektor informal.
"Kenapa terjadi
penurunan daya beli? Karena keterbatasan lapangan kerja, sehingga sekalipun
orang tidak masuk ke pengangguran terbuka, tetapi mereka terlempar ke sektor
nonformal. Sektor ini tentu tidak menghasilkan penghasilan yang memadai.
Sehingga kalau penghasilannya tidak memadai, barang-barang yang mampu dibeli
sangat terbatas. Itu yang disebut penurunan daya beli," jelas dia.
Menurut Enny, penurunan daya beli masyarakat ini juga menyebabkan
harga-harga relatif tidak banyak bergejolak. Oleh sebab itu, dalam beberapa
tahun terakhir inflasi nasional relatif rendah.
"Penurunan daya beli ini menciptakan kurva demand yang
menurun, itu menyebabkan harga-harga relatif tidak mengalami gejolak. Sehingga
dalam tiga tahun terakhir, inflasi kita relatif rendah. Tetapi pemerintah
menilai dengan inflasi rendah, berarti ada ruang untuk menaikkan harga-harga
yang bisa ditentukan pemerintah, seperti listrik, tarif air minum, termasuk
biaya pengurusan STNK dan BPKB, yang sebenarnya tidak signifikan, tapi
berdampak pada daya beli masyarakat," ungkap dia.
Comments
Post a Comment